https://ibtimes.id/teologi-kadaluarsa/
Jika Teologi dipahami hanya
seputar pembahasan-pembahasan Zat Tuhan dan segala yang melekat pada-Nya saja,
maka konsekuensinya sebagaimana yang bisa kita lihat sekarang. Islam yang
teologinya bersifat tradisionalis, terkesan tidak bisa dijangkau manusia dan
tidak menghadirkan realitas-realitas sosial masyarakat dewasa ini.
>>
Dalam kehidupan berkemanusiaan,
tidak akan lepas dari berketuhanan.
Ketika membahas zat-zat ketuhanan
tidak bisa dijangkau manusia.
Ketika membahas zat-zat ketuhanan
tidak menghadirkan realitas-realitas sosial masyarakat.
>> perlu diketahui, bahwa
dalam kehidupan manusia beragama tidak lepas dari 3 keilmuan.
1) Tauhid
2) Fikih
3) Tasawuf
>>Tauhid, membahas tentang
zat-zat ketuhanan, dan memang disana ranahnya. Tidak membahas kemasyrakatan.
>>Bila ingin menjangkau
manusia, bila ingin menjangkau realitas-realitas sosial masyarakat, maka
liriklah fikih dan tasawuf (yang tidak lepas dari ikatan tauhid. Karena hablum
minannas tidak akan berguna tanpa hablum minalloh)
======
Mari kita lihat pembahasan
tauhid.
Wujud, qidam, baqo, mukholafatul
lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrat, irodat, ilmu hayat, sama’,
bashor, kalam, qodiron muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiron,
mutakaliman.
Alloh wujud, Alloh itu ada.
Ada-nya Alloh itu qidam (terdahulu, tak diawali dengan tidak ada) dan Ada-nya
Alloh itu baqo (langgeng, tak diakhiri dengan tidak ada).
Wujud ALLOH yang qidam dan baqo,
mendorong kepada tiga sifat selanjutnya, yaitu:
·
mukholafatul lilhawaditsi, (Alloh
beda dengan makhluk)
·
qiyamuhu binafsihi, (Alloh
berdiri sendiri)
·
wahdaniyat, (Alloh itu esa,
tunggal)
Selanjutnya, fokus kepada
wahdaniyat (Alloh itu esa, tunggal) mendorong kepada dua sifat selanjutnya,
yaitu:
·
Qudrot (mampu)
·
Irodat (mau)
Dua sifat Qudrot dan
Irodat ini harus ditopang oleh satu sifat selanjutnya, yaitu
sifat:
·
Ilmu (mengetahui)
Alloh mampu? Ya. Mau membuktikan? Ya…. Dukung dong dengan ilmu (pengetahuan). Buatlah air … beserta dinginnya; dan buatlah api beserta
panasnya. Bila yang terjadi adalah terbalik, api dingin dan
air panas, maka bisa dikatakan tidak mengetahui dan tidak mampu. |
Bahasan di
lanjutkan,
Ilmu
(Pengetahuan) yang menyokong dua sifat Qudrot dan Irodat, sifat-sifat
tersebut sah apabila dibungkus dengan sifat selanjutnya yaitu:
·
Hayat (hidup) –lawan dari
mati (tak hidup)
Kemampuan, ke-mau-an, keber-pengetahuan, tanpa
dibarengi dengan sifat hayat maka tidaklah akan terbukti ketiga sifat
tersebut. >>Bagaimana mau membuktikan kemampuan, toh
ia mati. >>bagaimana mampu mengetahui maunya, toh ia
tidak hidup. >>bagaimana mengetahui akan kemampuan atas
mau-nya, toh ia mati, tidak hidup Maka adanya maunya Alloh atas kemampuan
menciptakan langit dan bumi yang DIA ketahui bagaimana sifat dan karakter
masing-masing dari langit dan bumi membuktikan bahwa Alloh hidup. |
Seseorang yang dikatakan hidup,
bisa dikatakan demikian apabila ia mampu membuktikan 3 sifat selanjutnya,
yaitu:
·
Sama’ (mendengar)
·
Bashor (melihat)
·
Kalam (berbicara)
dibuktikan dengan adanya Alquran dan kitab-kitab lain yang notabene diberikan
kepada para nabi yang percaya akan kalamnya. Tidak serta merta ia mengatakan
bahwa ketika mendengar suara tanpa terlihat, yang berbicara itu adalah iblis.
Bloon orang tersebut bila menyandingkan suara tanpa terlihat kepada iblis yang
ia sendiri memohon perlindungan kepada Alloh.
Ketujuh sifat ini
(qudrot, irodah, ilmu, - hayat -, sama’ bashor, kalam) adalah sifat yang kemudian
disandingkan kepada ciptaanNYA yang hidup seperti manusia, ya kita. Kita ini
adalah implementasi ketuhanan, yang bukan tuhan. Toh tuhan itu:
Qodiron
(yang mampu). Anda qodir? Bukan, anda itu qudrotulloh, hanya saja kita seakan
hidup, karena Alloh Al-baari (yang membebaskan) dan kita adalah Bariyyah (yang
diberikan kemampuan untuk berpisah dengan Alloh dalam ranah dhohir, tidak
secara bathin).
Pun demikian
sifat-sifat yang lain yang merupakan implementasi ketuhanan, seperti:
Muriidan, ‘Aaliman,
Hayyan, Samii’an, Bashiiron, Mutakaliman. Semuanya itu adalah sifat ketuhanan.
Baiklah,
sekarang kita bahas…..
Dimana ranah
kemanusiaan?
Dimana ranah
kemiskinan? Ketidak-adilan? Dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kemanusiaan
universal (antroposentris) dan kemasyarakatan?.
Bahasan
tersebut ada di fikih mu’amalah, dan fikih jinayah. Anda tidak membahas tentang
fikih munakahah dan fikih ibadah tentang keberagaman (keberagamaan, buang a-nya
satu. Kalau tidak, maka anda termasuk kita ini menjadi golongan kufur, tidak
mau menerima Alloh.)
=========
Mari kita bahas
sense of humanity
Dan solusi varian Islam Keras.
(tanpa kata “Teologi” – teologi itu
bebas, anda mau berbuat apa? Alloh sudah siapkan, anda baik, surga, dan apabila
anda kurang ajar, maka neraka.)
Sense of humanity... (Fikih mu’amalah)
Begini saja,
>> Manusia miskin,
Apabila anda
peduli dan kaya maka berikanlah sebagian hartamu.
Apabila anda
peduli namun tidak kaya, carilah orang kaya yang peduli atau bangkitkan kepeduliannya
(simpatinya).
Ya begitu saja,
tanpa perlu menjadi anda menjadi orang yang Islam Keras (silahkan tempatkan kata
islam kerasnya sesuatu proporsi dan posisinya)
>>Varian Islam Keras….
(fikih jinayah)
Bagaimana kalau
anda seorang hakim yang dihadapkan kepada mendakwa orang yang islam namun
menyakiti orang lain? Peringati dia. Apabila membuat terror kepada non muslim,
perhatikan apakah dzimmi atau harabi?
Kalau dzimmi,
maka peringatkan si peneror; kalau harabi, apakah anda akan hokum ia si
peneror? Entahlah, silahkan cari hukum jinayahnya.
Nah sekarang
bagaimana dengan sense of humanity anda dan islam tidak kerasnya anda.
Bagaimana
kalau anda bersikap lembut, dan jangan biarkan orang lain terlalu keras. Tapi memang
kekerasan (proporsi kata dan posisinya lebih baik dengan kata…. Ketegasan)
sekali-kali diperlukan. Namun ingat, camkan 3 hal berikut:
1)
Jangan berburuk sangka
kepada orang lain – berbaik sangkalah (husnu-dzon)
2)
Sabar
3)
Afuw (mudah memaafkan)
In syaAlloh, dengan tiga hal ini, teologi anda tetap
terjaga, dimana hablum minalloh tidak merusak manusianya, dan
Hablum minannas tidak melanggar ketentuan Alloh-nya.
Demikian, mudah-mudahan difahami.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar