Kisah Nenek Nasrudini dan Keledainya
Suatu ketika, Nenek Nasrudini pergi bersama anak lelakinya yang
berusia 12 tahun ke pasar untuk mejual hewan peliharaannya, keledai.
Di perjalanan, mereka bertemu dengan sekumpulan orang yang
berkata, "Hai, kawan-kawan, lihatlah ibu dan anak yang menuntun keledainya
itu. Betapa meruginya mereka. Masa keledai dituntun begitu saja, sementara
mereka berjalan. Padahal mereka bisa saja menaiki keledainya agar tak
lelah." Mendengar ucapan tersebut, Nasrudini dan anak lelakinya pun
menaiki keledainya itu.
Namun tak lama kemudian, ada beberapa orang lagi yang berkumpul
dan berbincang, "Masyaallah, sangat keterlaluan ya mereka. Masa keledai
yang badannya kecil dari kuda ditumpangi dua orang yang badannya kuat dan
sehat. Kasihan keledai tersebut. Kalau mau naik, harusnya cukup satu orang
saja." Kemudian, Nasrudini pun turun dari keledainya itu dan hanya sang
anaklah yang menaiki keledainya.
Beberapa saat kemudian, mereka kembali berjalan dan bertemu
sekumpulan orang lagi. Orang-orang tersebut juga tampak membicarakan Nasrudini
dan anaknya. "Benar-bear anak kurang ajar, bisa-bisanya enak naik keledai
sendiri. Sedangkan ibunya berjalan dan menuntun keledai itu." Akhirnya, Nasrudini
dan anaknya pun bergantian. Kini, Nasrudini yang menaiki keledainya itu dan
sang anak berjalan sambil menuntunnya.
Di tengah jalan, mereka bertemu beberapa orang lagi dan berkata,
"Hai, kawan-kawan. Lihatlah ibu yang menaiki keledai itu tidak tahu malu.
Masa anaknya disuruh menuntun keledai dan ia enak-enaknya duduk di atas
keledainya itu." Hal ini membuat Nasrudini turun dari keledainya dan
anaknya bertanya, "Ibu, apa yang harus kita lakukan?"
Dari pertanyaan anaknya itu, akhirnya membuat Nasrudini memutuskan
untuk menggendong keledainya bersama sang anak. Lalu, apa yang terjadi ketika
mereka sampai di pasar? Mereka rupanya malah ditertawakan banyak orang. Mereka
pun disebut bodoh karena telah menggendong keledainya yang harusnya bisa
ditunggangi atau dituntun.
Pesan Moral
Pesan Moral dari Kisah Nenek
Nasrudini dan Keledainya
Dari dongeng anak
Islami di atas, salah satu pesan moral yang bisa kita petik ialah sebagai
manusia kita tidak boleh terlalu mendengarkan omongan atau bahkan percaya
dengan ucapan orang lain. Karena belum tentu, semua yang diucapkan orang lain
itu benar adanya. Jadi, tanamkan rasa percaya diri pada anak agar ia mampu
mengambil keputusan dengan tepat.
قصة جدة نصروديني وحمارها
ذات مرة ، ذهبت ننيك نصروديني مع ابنها البالغ
من العمر 12 عامًا إلى السوق لبيع حيوانها الأليف ، وهو حمار.
في الطريق ، التقوا بمجموعة من الأشخاص الذين
قالوا ، "مرحبًا أيها الأصدقاء ، انظروا إلى الأم والطفل اللذين قادا الحمار.
كم خسروا. لقد تم توجيه وقت الحمار بهذه الطريقة تمامًا أثناء سيرهم. . " عند
سماع الخطاب ، ركبت نصروديني وابنها على حماره.
ولكن سرعان ما اجتمع عدد قليل من الناس وناقشوا
، "يا إلهي ، إنهم فظيعون للغاية. إن وقت الحمار الذي يكون جسمه أصغر من
الحصان يركب من قبل شخصين جسمهما قوي وصحي. أشفق على الحمار. إذا كنت تريد الركوب
، فلا بد أن يكون هناك شخص واحد كافٍ. فقط. " ثم نزل نصروديني من حماره ووقف
على حماره.
بعد لحظات ، عادوا وقابلوا مجموعة أخرى من
الناس. يبدو أن هؤلاء الأشخاص يتحدثون أيضًا عن نصروديني وابنها. "حقًا تحمل
طفلًا وقحًا ، قد يكون من الجيد ركوب حماره. بينما تمشي والدته وتوجه
الحمار." أخيرًا ، تناوب نصروديني وابنها. الآن ، يركب نصروديني حماره والطفل
يمشي وهو يرشده.
في منتصف الطريق ، التقوا ببضعة أشخاص آخرين
وقالوا ، "مرحبًا أيها الأصدقاء. انظروا إلى الأم التي ركبت الحمار بلا خجل.
عندما طُلب من ابنها أن يقود الحمار وكان من الجيد أن يجلس على حماره". هذا
جعل نصروديني ينزل من حماره وسأل ابنه: "أمي ، ماذا نفعل؟"
من
سؤال ابنه ، قرر نصروديني أخيرًا أن يحمل حماره مع الطفل.
ثم
ماذا يحدث عندما يصلون إلى السوق؟ يبدو أنهم ضحكوا على الكثير من الناس. ويطلق
عليهم أيضًا اسم أغبياء لأنهم حملوا حميرهم التي يجب ركوبها أو إرشادها.
رسالة أخلاقية رسالة معنوية من قصة جدة
نصروديني وحمارها من حكايات الأطفال المسلمين أعلاه ، إحدى الرسائل الأخلاقية التي
يمكننا اقتباسها هي أننا كبشر يجب ألا نصغي كثيرًا للحديث أو حتى نؤمن بكلمات
الآخرين. لأنه غير مؤكد ، كل ما يقوله الآخرون صحيح. لذلك ، غرس الثقة في الطفل
حتى يتمكن من اتخاذ القرارات الصحيحة.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar