7 tingkatan jiwa
1Tingkatan jiwa: Nafsul ammarah bis-sue
Nafsul ammarah bis-sue adalah jiwa yang mendorong pada kejahatan.Ini merupakan tingkatan jiwa (nafsu) yang paling rendah yang memicu sifat-sifat buruk , seperti ananiyah (egois), takkabur, rakus, kikir, ghibah, dan lain-lain. Maka, nafsu semacamini harus diperangi.
2Tingkatan jiwa: Nafsul lawwamah
Nafsul lawwamah adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafsu yang pertama. Dengan adanya bisikan hati, jiwa menyadari kelemahannya dan kembali kepada kesuciannya. Jika ini berhasil, maka ia akan dapat meningkatkan diri kepada tingkat berikutnya.
3Tingkatan jiwa: Nafsul Mulhamah
Nafsul mulhamah setingkat dengan lawwamah. Ini didasarkan pada Firman Allah dalam QS Asy Syams ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (QS Asy-Syams: 8)
Jiwa yang disebut nafsul mulhamah ini memiliki tindakan dan kehendak yang tinggi, dan lebih selektif dalam menyerap prinsip. Ketika jiwa ini merasa terpuruk dalam kenistaan, ia akan segera terilhami untuk mensucikan amal dan niatnya.
4Tingkatan jiwa: Nafsul muthmainah
Nafsul muthmainah adalah jiwa yang sangat tenang. Imannya telah mantap dan tidak terdorong kepada prilaku buruk. Jiwa yang tenang ini tidak lagi tergoda oleh kenikmatan bersifat materi atau duniawi.
5Tingkatan jiwa: Nafsul radhiyah
Nafsul radhiyah adalah jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah ikhlas menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar. Jiwa inilah yang diibaratkan dalam doa: “Ilahi Anta maqsudi wa ridha-Ka matlubi” (Tuhanku Engkau tujuanku dan ridha-Mu adalah kebutuhanku).
6Tingkatan jiwa: Nafsul mardhiyah
Nafsul mardhiyah adalah jiwa yang bahagia. Tidak ada lagi keluhan, kemarahan, kekesalan. Perilakunya tenang, dorongan perut dan syahwatnya tidak lagi mendominasi dirinya.
7Tingkatan jiwa: Nafsu as-shafitah (-shofiyah-)
Nasfu as-shafitah adalah jiwa yang tulus murni. Pada tingkatan ini seseorang dapat disifati sebagai insan kamil atau manusia paripurna. Jiwanya pasrah pada Allah dan telah mendapat petunjuk dari-Nya. Jiwa ini sejalan dengan kehendak-Nya. Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar