DRgrtea

Medsos DRcjgrTeA

Media Sosial Duridwangurunatafkar

Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

DRMenuNavigasiBar

menunavngampar

Sabtu, 09 Januari 2021

Khusyu teh kumaha.

 Bagaimana Cara Khusu saat Shalat?


https://jatim.nu.or.id/read/bagaimana-cara-khusu-saat-shalat-


Materi khusu ini dibahas setelah istikamah atau rutinitas ibadah kita. Kalau istikamah menyangkut kuantitas, maka khusu ini berurusan dengan kualitas. Dalam ibadah, kuantitas didahulukan baru kita bicara kualitas. Seberkualitas apapun kita beribadah tapi kalau tidak rutin atau musiman saja, maka itu tidaklah lebih baik. Disebutkan bahwa istikamah atau rutinitas ibadah itu lebih baik dari seribu karamah atau seribu kemuliaan.


Nah setelah istikamah, baru kita perbaiki kualitas ibadah kita dengan cara khusu. Khusu ini adalah terkait kesempurnaan ibadah. Dalam khusu ini kita bicara kualitas, bukan sekadar formalitasnya.


Kita bicara khusu di dalam shalat. Khusu tidak masuk rukun shalat. Aktivitas yang masuk rukun shalat hanya tuma’ninah, yaitu diam sejenak sekira berucap subhalallah. Khusu tidak masuk sebagai rukun. Tapi subtansi shalat itu sebenarnya ada pada khusu itu.


Apakah khusu itu? Kita kembalikan ke pada ayat 45-46 dari surat al-Baqarah:


وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ


Artinya:  Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Al-Baqarah: 45)


ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ


Artinya: (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al-Baqarah: 46)


Dari ayat tersebut kita mendapatkan keterangan bahwa khusu adalah konsentrasi, kita sedang atau akan menemui Tuhan ketika kita sedang shalat. Orang yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika sedang shalat, terutama ketika sujud. Saat merendahkan diri serendah-rendahnya (pantat lebih tinggi dari kepala) lalu berucap Subhanallah Mahasuci Allah yang Maha Luhur Maha Tinggi, maka saat dekat itulah kita harus khusu. Pandangan kita selama shalat adalah ke tempat sujud.


Khusu itu ada di dalam shalat, namun harus kita persiapkan sebelum shalat. Caranya, selesaikan semua urusan sebelum shalat. Jangan sampai punya tanggungan yang masih kita pikir kan pada saat shalat: rapat, air cucian, kompor, lapar/makan, nonton drakor, ada tamu dan seterusnya. Selesaikan dulu.


Bisa jadi shalat tidak harus di awal waktu agar kita bisa khusu. Kita selesaikan dulu urusan, agar shalat bisa khusu. Jika urusan tidak mungkin selesai (belum titik), maka dipastikan sebelum shalat kita sudah merampungkan satu tahap (sudah koma), agar bisa khusu.


Perlu diingat, makmum biasanya lebih berpeluang untuk lebih tidak khusu, karena hanya mengikuti imam; melamun tidak konsentrasi. Keabsahan shalat makmum sudah ikut dengan keabsahan imam, namun khusu ini urusan makmum sendiri.


Sama dengan makmum adalah ketika kita shalat sendiri. Karena tidak sedang diawasi orang, kita kurang berkonsentrasi terhadap shalat. Kadang-kadang kita cepet-cepetan. Kadang-kadang lambat, bacaannya panjang tapi hayalan ke mana-mana. Tenangkan diri, tenangno atimu.


Cara khusu berikutnya adalah membiasakan berdzikir dan berdoa setelah shalat, biar kita tidak cepet-cepetan shalat lalu setelah itu lalu kabur. Secara psikologis kebiasaan dzikir setelah shalat akan menjadikan kita lebih tenang karena ketika shalat tidak membayangkan segera pergi, ada hal baik yang akan kita lakukan lagi setelah ini, yakni dzikir dan doa. Dan doa setelah shalat wajib adalah doa yang paling mudah diijabah Allah SWT, sama dengan doa di tengah malam.

Kamis, 07 Januari 2021

PKSS - DOKUMEN PENDUKUNG

Dari 10 Kompetensi pada halaman https://duridwangurunatafkar.blogspot.com/2021/01/pkss-penilaian-kompetensi-kepala-sekolah.html, kami uraikan melalui file yang sudah di rangkum untuk Kegiatan Penilaian Kinerja Kepala sekolah oleh Pengawas tahun 2020.  Kami bagikan sebagian saja selengkapnya bisa langsung di Download dibawah ini :

  1. Daftar Hadir Kepala Sekolah ---- DOWNLOAD
  2. Agenda Harian Kepala Sekolah ---- DOWNLOAD
  3. Tim Pengembang Sekolah (TPS) dan RKAS nya  ---- DOWNLOAD
  4. Buku Pembinaan Guru dan Tenaga Administrasi Sekolah ---- DOWNLOAD
  5. Proposal Kerja sama dengan DU/DI ---- DOWNLOAD
  6. Rencana Kerja Tahunan (RKT) ---- DOWNLOAD
  7. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
  8. Program MGMP/ KKG Sekolah ---- DOWNLOAD
  9. Program Kerja Ekstrakurikuler ---- DOWNLOAD
  10. Dokumen 1 KTSP dan TPK (Tim Pengembang Kurikulum) ---- DOWNLOAD
  11. Laporan Supervisi dan Pemantauan ---- DOWNLOAD
  12. Tindak Lanjut hasil Supervisi Versi docx ---- DOWNLOAD
  13. Format Evaluasi Proses Pembelajaran Guru ---- DOWNLOAD
  14. Program Kerja BP/BK ---- DOWNLOAD
  15. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ---- DOWNLOAD
  16. SK Beban Kerja Guru dan SK Tugas Administrasi Sekolah /TAS ---- DOWNLOAD
  17. Struktur Organisasi Sekolah dan Tupoksinya TAS ---- DOWNLOAD
  18. Program Sarana dan Prasarana ---- DOWNLOAD
  19. Program Supervisi ---- DOWNLOAD
  20. Program UAS, UKK, US, UN, TO, Remedial, dan Pengayaan ---- DOWNLOAD
  21. Sistem Informasi Manajemen /SIM dan SK Petugas Dapodikdasmen ---- DOWNLOAD
  22. Program Kantin Sekolah dan Koperasi Siswa ---- DOWNLOAD
  23. Administrasi Sertijab Kepala sekolah ---- DOWNLOAD

PKSS - Penilaian Kompetensi Kepala Sekolah

Bukti Fisik Dokumen PKKS 2019

Berkas Sekolah - Bukti Fisik Dokumen PKKS 2019

Berikut ini kami bagikan Bukti Fisik Dokumen untuk kegiatan PKKS tahun 2017 secara Gratis dan lengkap untuk Kepsek di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK yang akan melaksanakan kegiatan Penilaian Kinerja Kepala sekolah. File ini mencakup juga kedalam kategori bukti instrumen pkks kompetensi 4, instrumen penilaian kinerja kepala sekolah document, bukti fisik penilaian kinerja kepala sekolah 2017, bukti fisik pkks komponen kewirausahaan, bukti instrumen pkks kompetensi manajemen sumber daya.

Adapun Bukti Fisik Dokumen untuk PKKS  Meliputi 10 Kompetensi yakni :
  • Kompetensi 01 - Pengelolaan Peserta Didik Baru
  • Kompetensi 02 - Pengelolaan Administrasi Sekolah
  • Kompetensi 03 - Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
  • Kompetensi 04 - RKJM dan RKAS
  • Kompetensi 05 - Pengembangan Sekolah
  • Kompetensi 06 - Pengelolaan Kurikulum
  • Kompetensi 07 - Peningkatan Kualitas Pembelajaran
  • Kompetensi 08 - Pengelolaan Sarana dan Prasarana
  • Kompetensi 09 - Kewirausahaan
  • Kompetensi 10 - Supervisi Akademik
Bukti Fisik Dokumen PKKS 2017

Dari 10 Kompetensi diatas, kami uraikan melalui file yang sudah di rangkum untuk Kegiatan Penilaian Kinerja Kepala sekolah oleh Pengawas tahun 2019.  Kami bagikan sebagian saja selengkapnya bisa langsung di Download dibawah ini :
Bagi kepala Sekolah yang akan melaksanakan kegiatan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah yang biasanya dilakukan Pengawas Pembina, Maka haruslah Wajib Download file yang kami bagikan. Bagi yang membuthkan saja semua file yang di uraikan diatas, bisa didapatkan melalui link dibawah ini :

Rabu, 06 Januari 2021

Operator SMA Plus Tauhidul Afkar











 

MATAHARI DITAHAN TERBENAM

*WeDjang☕pagi*


MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUK NABI YUSYA' BIN NUN عَلَيْهِ السَّلَامُ

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

"Sang Penakluk Baitul Maqdis"

Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. 

Dia adalah Yusya’ Bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ, dan Alloh ﷻ memberikan hikmah kenabian dan 

mukjizat yang nyata kepadanya. 

Setelah Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ wafat, Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ membawa Bani Israil 

ke luar dari padang pasir. 

Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.


Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. 

Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. 

Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ dan Bani Israil yang bersamanya, 

mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.


Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. 

mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. 

Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. 

Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam. 

Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai, 

sementara matahari sudah hampir terbenam.

Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.


Padahal, menurut syari’at pada saat itu, pada Sabtu dilarang melakukan peperangan. 

Oleh karena itu Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ berkata: 

“Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Alloh ﷻ, begitu pula aku. 

Aku bersujud mengikuti perintahNya. 

Ya Alloh ﷻ, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!”. 

Maka Alloh ﷻ menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil 

menaklukkan negeri ini dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.


Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia berkata, bahwa Rasululloh ﷺ bersabda, yang artinya: 

“Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena 

  seorang manusia kecuali untuk Yusya’. 

  Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad).'” 

 (HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhari).


Akhirnya Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ dan kaumnya berhasil memerangi dan menguasai kota tersebut. 

Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan 

harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak mau membakarnya. 

Lalu Beliau عَلَيْهِ السَّلَامُ meminta sumpah kepada kaumnya. 

Dan akhirnya diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan 

menyembunyikan emas sebesar kepala sapi.


Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan apa yang mereka curi 

dari harta rampasan perang itu. 

Kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan perang lainnya. 

Barulah kemudian api mau membakarnya.


Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad ﷺ. 

Yaitu tidak boleh mengambil harta rampasan perang. 

Dan Alloh ﷻ menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan bagi Rasululloh ﷺ 

untuk mengambil rampasan perang agar dapat diambil manfaat yang banyak 

dari harta rampasan perang itu.


Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, 

maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ yang 

memerintah mereka dengan Kitab Alloh ﷻ, Taurat, sampai akhir hayatnya. 

Dia kembali ke hadirat Alloh ﷻ saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, 

dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ adalah dua puluh tujuh tahun.(AH)


Catatan :

Nabi Yusya' عَلَيْهِ السَّلَامُ., atau Joshua (dalam Bahasa Inggris), atau Yehoshu (Bahasa Ibrani),

atau Isho (Bahasa Aramaic) 


Semoga bermanfaat

Silahkan share

Sumber Rujukan: 

Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod

Allahumma sholli a'la rosuulika Muhammad... Allahumma Makkah Madinah

MANAQIB KH. M. MUNAWWIR

MANAQIB KH. M. MUNAWWIR PENDIRI PP. KRAPYAK YOGYAKARTA


Manaqib ini berisi tentang:


1. Nasab

2. Masa Belajar

3. Akhlaq

4. Da’wah

5. Karomah

6. Maqolah

7. Wafat dan Penerus Beliau



1. Nasab KH. M. Munawwir


Simbah KH. M. Munawwir adalah putra KH. Abdullah Rosyad bin KH. Hasan Bashari.


Dahulu, ada seorang ulama pejuang, KH. Hasan Bashari namanya, atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Hasan Besari ajudan Pangeran Diponegoro. Beliau sangat ingin menghafalkan Kitab Suci al-Quran namun terasa berat setelah mencobanya berkali-kali. Akhirnya beliau melakukan riyadhah dan bermujahadah, hingga suatu saat Allah Swt. mengilhamkan bahwa apa yang dicita-citakan itu baru akan dikaruniakan kepada keturunannya.


Begitu pula anak beliau, KH. Abdullah Rosyad, selama 9 tahun riyadhah menghafalkan al-Quran, ketika berada di Tanah Suci Makkah, beliau mendapat ilham bahwa yang akan dianugerahi hafal al-Quran adalah anak-cucunya.


KH. Abdullah Rosyad dikaruniai 11 orang anak dari 4 orang istri, salah satunya adalah KH. M. Munawwir yang merupakan buah pernikahan beliau dengan Nyai Khadijah (Bantul).



2. Masa Belajar KH. M. Munawwir


Guru pertama beliau adalah Ayah beliau sendiri. Sebagai targhib (penyemangat) nderes al-Quran, Sang Ayah memberikan hadiah sebesar Rp 2,50 jika dalam tempo satu minggu dapat mengkhatamkannya sekali. Ternyata hal ini terlaksana dengan baik, bahkan terus berlangsung sekalipun hadiah tak diberikan lagi.


KH. M. Munawwir tidak hanya belajar qira’at (bacaan) dan menghafal al-Quran, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang beliau timba dari para ulama di masa itu, diantaranya;

• KH. Abdullah (Kanggotan – Bantul)

• KH. Chalil (Bangkalan – Madura)

• KH. Shalih (Darat – Semarang)

• KH. Abdurrahman (Watucongol – Magelang)


Setelah itu, pada tahun 1888 M. beliau melanjutkan pengajian al-Quran serta pengembaraan menimba ilmu ke Haramain (dua Tanah Suci), baik di Makkah al-Mukarramah maupun di Madinah al-Munawwarah. Adapun Guru-guru beliau di sana antara lain;

• Syaikh Abdullah Sanqara

• Syaikh Syarbini

• Syaikh Mukri

• Syaikh Ibrahim Huzaimi

• Syaikh Manshur

• Syaikh Abdus Syakur

• Syaikh Mushthafa

• Syaikh Yusuf Hajar (Guru beliau dalam qira’ah sab’ah)


Pernah dalam suatu perjalanan dari Makkah ke Madinah, tepatnya di Rabigh, beliau berjumpa dengan seorang tua yang tidak beliau kenal. Pak Tua mengajak berjabat tangan, lantas beliau minta didoakan agar menjadi seorang hafidz al-Quran sejati. Lalu Pak Tua menjawab: “Insyaa-Allah.” Menurut KH. Arwani Amin (Kudus), orang tua itu adalah Nabiyullah Khadhir As.


KH. M. Munawwir ahli dalam qira’ah sab’ah (7 bacaan al-Quran). Dan salah satunya adalah qira’ah Imam ‘Ashim riwayat Imam Hafsh. Berikut inilah Sanad Qira’ah Imam ‘Ashim riwayat Hafsh KH. M. Munawwir sampai kepada Nabi Muhammad Saw. yaitu dari:

1) Syaikh Abdulkarim bin Umar al-Badri ad-Dimyathi, dari

2) Syaikh Isma’il, dari

3) Syaikh Ahmad ar-Rasyidi, dari

4) Syaikh Mushthafa bin Abdurrahman al-Azmiri, dari

5) Syaikh Hijaziy, dari

6) Syaikh Ali bin Sulaiman al-Manshuriy, dari

7) Syaikh Sulthan al-Muzahiy, dari

8) Syaikh Saifuddin bin ‘Athaillah al-Fadhaliy, dari

9) Syaikh Tahazah al-Yamani, dari

10) Syaikh Namruddin ath-Thablawiy, dari

11) Syaikh Zakariyya al-Anshari, dari

12) Syaikh Ahmad al-Asyuthi, dari

13) Syaikh Muhammad ibn al-Jazariy, dari

14) Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Khaliq al-Mishri asy-Syafi’i, dari

15) Al-Imam Abi al-Hasan bin asy-Syuja’ bin Salim bin Ali bin Musa al-‘Abbasi al-Mishri, dari

16) Al-Imam Abi Qasim asy-Syathibi, dari

17) Al-Imam Abi al-Hasan bin Huzail, dari

18) Ibnu Dawud Sulaiman bin Najjah, dari

19) Al-Hafidz Abi ‘Amr ad-Daniy, dari

20) Abi al-Hasan ath-Thahir, dari

21) Syaikh Abi al-‘Abbas al-Asynawiy, dari

22) ‘Ubaid ibnu ash-Shabbagh, dari

23) Al-Imam Hafsh, dari

24) Al-Imam ‘Ashim, dari

25) Abdurrahman as-Salma, dari

26) Sadatina Utsman bin ‘Affan, ‘Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, ‘Ali bin Abi Thalib, dari

27) Rasulullah Muhammad Saw. dari 

28) Robbul ‘Alamin Allah Swt. dengan perantaraan Malaikat Jibril As.


Beliau menekuni al-Quran dengan riyadhah, yakni sekali khatam dalam 7 hari 7 malam selama 3 tahun, lalu sekali khatam dalam 3 hari 3 malam selama 3 tahun, lalu sekali khatam dalam sehari semalam selama 3 tahun, dan terakhir adalah riyadhah membaca al-Quran selama 40 hari tanpa henti hingga mulut beliau berdarah karenanya.


Setelah 21 tahun menimba ilmu di Tanah Suci, beliau pun kembali ke kediaman beliau di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1909 M.



3. Akhlaq KH. M. Munawwir


KH. M. Munawwir selalu memilih awal waktu untuk menunaikan shalat, lengkap dengan shalat sunnah Rawatibnya. Shalat Witir beliau tunaikan 11 raka’at dengan hafalan al-Quran sebagai bacaannya. Begitu juga dalam mudawamah beliau terhadap shalat Isyroq (setelah terbit matahari), shalat Dhuha dan shalat Tahajjud.


Beliau mewiridkan al-Quran tiap ba’da Ashar dan ba’da Shubuh. Walau sudah hafal, seringkali beliau tetap menggunakan Mushaf. Bahkan kemanapun beliau bepergian, baik berjalan kaki maupun berkendara, wirid al-Quran tetap terjaga. Beliau mengkhatamkan al-Quran sekali tiap satu minggu, yakni pada hari Kamis sore. Demikianlah beliau mewiridkan al-Quran semenjak berusia 15 tahun.


Waktu siang beliau lewatkan dengan mengajarkan al-Quran, dan di waktu senggang beliau masuk ke dalam kamar khusus (dahulu terletak di sebelah utara Masjid) untuk bertawajjuh kepada Allah Swt. Sedangkan di malam hari beliau istirahat secara bergilir di antara istri-istri dengan demikian adilnya.


Beliau memiliki 5 orang istri, adapun istri kelima, dinikahi setelah wafatnya istri pertama, yakni;

1. Nyai R.A. Mursyidah (Kraton Yogyakarta)

2. Nyai Hj. Sukis (Wates Yogyakarta)

3. Nyai Salimah (Wonokromo Yogyakarta)

4. Nyai Rumiyah (Jombang – Jawa Timur)

5. Nyai Khadijah (Kanggotan – Yogyakarta)


Begitulah KH. M. Munawwir hidup beserta keluarga di tengah ketenangan, kerukunan, istiqamah dan wibawa, dengan berkah al-Quran al-Karim.



Orang hafal al-Quran (Hafidz) yang beliau akui adalah orang yang bertakwa kepada Allah, dan shalat Tarawih dengan hafalan al-Quran sebagai bacaannya.


Begitu besar pengagungan beliau terhadap al-Quran, sampai-sampai undangan Haflah Khatmil Quran hanya beliau sampaikan kepada mereka yang jika memegang Mushaf al-Quran selalu dalam keadaan suci dari hadats.


Pernah terjadi seorang santri asal Kotagede dengan sengaja memegang Mushaf al-Quran dalam keadaan hadats. Setelah diusut oleh KH. M. Munawwir, akhirnya santri tersebut mengakuinya. Atas pengakuannya, si santri dita’zir, kemudian dikeluarkan dari Pesantren dalam keadaan sudah menghafalkan al-Quran 23,5 juz.


Setiap setengah bulan sekali beliau memotong rambut. Juga tak pernah diketahui membuka tutup kepala, selalu tertutup, baik itu dengan kopyah atau sorban maupun keduanya. Menggunting kuku selalu beliau lakukan tiap hari Jum’at.


Pakaian beliau sederhana namun sempurna untuk melakukan ibadah, rapi dan bersetrika. Jubah, sarung, sorban, kopyah dan tasbih selalu tersedia. Pakaian dinas Kraton Yogyakarta selalu beliau kenakan ketika menghadiri acara-acara resmi Kraton. Untuk bepergian, beliau sering mengenakan baju jas hitam, sorban, dan sarung.


Beliau tidak suka makan sampai kenyang, terlebih lagi di bulan Ramadhan, yakni cukup dengan satu cawan nasi ketan untuk sekali makan. Jika ada pemberian bantuan dari orang, beliau pergunakan sesuai dengan tujuan pemberinya. Jika ada kelebihan, maka akan dikembalikan lagi kepada pemberinya.


Walau beliau termasuk dalam Abdi Dalem (anggota dalam) Kraton, namun beliau tidak suka mendengarkan pementasan Gong Barzanji. Sebagai hiburan, beliau senang sekali mendengarkan lantunan shalawat-shalawat, Burdah dan tentunya Tilawatil Quran.


Para santri beliau perintahkan untuk berziarah di Pemakaman Dongkelan tiap Kamis sore. Tiap berziarah, beliau membaca surat Yasin dan Tahlil. Apabila terjadi suatu peristiwa yang menyangkut ummat pada umumnya, beliau mengumpulkan semua santri untuk bersama-sama tawajjuh dan memanjatkan do’a kehadirat Allah, biasanya dengan membaca shalawat Nariyyah 4.444 kali atau surat Yasin 41 kali.


Selain mengasuh santri, beliau tak lantas meninggalkan tugas sebagai kepala rumah tangga. Tiap ba’da Shubuh, beliau mengajar al-Quran kepada segenap keluarga dan pembantu rumah tangga. Nafkah dari beliau, baik untuk istri-istri maupun anak-anak, selalu cukup menurut kebutuhan masing-masing. Suasana keluarga senantiasa tenang, tenteram, rukun, dan tidak sembarang orang keluar-masuk rumah selain atas ijin dan perkenan dari beliau.


Hampir-hampir beliau tak pernah marah kepada santrinya, selain dalam hal yang mengharuskannya. Pernah suatu waktu beliau tiduran di muka kamar santri, tiba-tiba bantal yang beliau pakai diambil secara tiba-tiba oleh seorang santri, sampai terdengar suara kepala beliau mengenai lantai. Lantas beliau memanggil santri yang mengambil bantal tadi seraya berkata: “Nak... saya pinjam bantalmu, karena bantal yang saya pakai baru saja diambil oleh seorang santri.”


Seringkali beliau memberikan sangu kepada santri yang mohon ijin pulang ke kampung halamannya, dan sangat memperhatikan kehidupan santri-santrinya. Para santri pun dianjurkan untuk bertamasya ke luar pesantren, biasanya sekali tiap setengah bulan, sebagai pelepas penat.


Sebagai layaknya seorang ulama, KH. M. Munawwir juga akrab dan sering mendapat kunjungan dari para ulama lain, diantaranya;

1) Murid-murid Syaikh Yusuf Hajar dari Madinah

2) KH. Sa’id (Gedongan – Cirebon)

3) KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)

4) KH. R. Asnawi (Kudus)

5) KH. Manshur (Popongan)

6) KH. Siroj (Payaman – Magelang)

7) KH. Dalhar (Watucongol – Magelang)

8) KH. Ma’shum (Lasem)

9) KH. R. Adnan (Solo)

10) KH. Dimyati (Tremas – Pacitan)

11) KH. Idris (Jamsaren – Solo)

12) KH. Abbas (Buntet – Cirebon)

13) KH. Siroj (Gedongan – Cirebon)

14) KH. Harun (Kempek – Cirebon)

15) KH. Muhammad (Tegalgubuk – Cirebon)

16) Para Kyai dari Jombang dan Pare

17) Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan IX

18) B.R.T. Suronegoro

19) KH. Asy’ari (Wonosobo) yang merupakan teman semasa belajar di Tanah Suci.


Selain dikunjungi, beliau juga kerapkali mengadakan kunjungan balasan terhadap para ulama yang lain, seperti kepada KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Ahmad Dahlan (Yogyakarta), maupun yang lainnya.


Beliau juga mendapat kepercayaan dari pihak Kraton untuk menjadi anggota JEMANGAH, yakni jama’ah shalat tetap yang terdiri dari 41 orang ulama, dimaksudkan sebagai penolak bencana Negara.



4. Dakwah KH. M. Munawwir


Sepulang dari Makkah pada tahun 1909 M, beliau lantas mendakwahkan al-Quran di sekitar kediaman beliau di Kauman. Tepatnya di sebuah langgar kecil milik beliau, tempat tersebut sekarang sudah menjadi Gedung Nasyiatul ‘Aisyiyyah Yogyakarta.


Lantas pindah ke Gading, tinggal bersama kakak beliau, KH. Mudzakkir. Namun karena berbagai sebab, juga atas saran dari KH. Sa’id (Pengasuh Pesantren Gedongan, Cirebon), pada tahun 1910 M beliau pun hijrah ke Krapyak setelah selesainya pembangunan tempat tinggal dan komplek pesantren di sana, di tanah milik Bapak Jopanggung yang kemudian dibeli dengan uang amal dari Haji Ali.


Pada 15 November 1910, Pesantren Krapyak mulai ditempati untuk mengajar al-Quran. Dilanjutkan dengan pembangunan Masjid atas prakarsa KH. Abdul Jalil.


Konon, KH. Abdul Jalil dalam memilih tempat untuk pembangunan masjid, adalah dengan menggariskan tongkatnya di atas tanah sehingga membentuk batas-batas wilayah yang akan dibangun masjid. Dengan kehendak Allah, wilayah yang dilingkupi garis itu tidak ditumbuhi rumput.


KH. M. Munawwir selalu mengerahkan segenap santri untuk melakukan amaliyah membaca surat Yasin tiap selesai pembangunan berlangsung. Pembangunan terus berlanjut secara bertahap, mulai dari masjid, akses jalan, dan gedung komplek santri hingga tahun 1930 M.


Di Pesantren Krapyak inilah beliau memulai berkonsentrasi dalam pengajaran al-Quran. Para santri sangat menghormati beliau, bukan karena takut, melainkan karena haibah, wibawa beliau.


Pengajian pokok yang diasuh langsung oleh KH. M. Munawwir adalah Kitab Suci al-Quran, yakni terbagi atas 2 bagian; BIN-NADZOR (membaca) dan BIL-GHOIB (menghafal). Santri bermula dari surat al-Fatihah, lantas Lafadz Tahiyyat sampai dengan shalawat Aali Sayyidina Muhammad, kemudian surat an-Nas sampai surat an-Naba’, baru kemudian surat al-Fatihah diteruskan ke surat al-Baqarah sampai khatam surat an-Nas.


Selain itu, pengajian kitab-kitab juga digelar sebagai penyempurna. Suatu hari pada tahun 1910, seorang santri dari Purworejo, yang dianggap mampu oleh beliau diperintahkan: “Ajarkanlah ilmu fiqh kepada santri-santri di hari Jum’at, biarlah mereka mengenal air.”


Begitu seterusnya berkembang, baik kitab fiqh maupun tafsir, makin menonjol disamping pengajian al-Quran yang utama. Beliau mengajar secara sistem MUSYAFAHAH, yakni sorogan, tiap santri langsung membaca di hadapan beliau. jika ada kesalahan beliau langsung membetulkannya.


Adab (Tata Krama) dalam pengajian al-Quran sangat beliau tekankan kepada para santri. Berbagai aturan dan ta’ziran beliau berlakukan terhadap para santri. Untuk santri yang telah khatam, maka dipanjatkanlah doa untuknya langsung oleh KH. M. Munawwir, lantas diberikanlah baginya sebuah Ijazah, yang intinya berisi pengakuan ilmu dari guru kepada muridnya serta Tarattubur-Ruwat (Urutan Riwayat) atau Sanad dari Sang Guru sampai kepada Rasulullah Saw. secara lengkap.


Banyak diantara murid-murid beliau yang juga meneruskan perjuangan di kampung masing-masing, berupa mendakwahkan Islam pada umumnya, dan pengajaran al-Quran pada khususnya. Misal;

1. KH. Arwani Amin (Kudus)

2. KH. Badawi (Kaliwungu – Semarang)

3. Kyai Zuhdi (Nganjuk – Kertosono)

4. KH. Umar (Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan – Solo)

5. Kyai Umar (Kempek – Cirebon)

6. KH. Noor (Tegalarum – Kertosono)

7. KH. Muntaha (Pesantren Al-Asy’ariyyah, Kalibeber – Wonosobo)

8. KH. Murtadha (Buntet – Cirebon)

9. Kyai Ma’shum (Gedongan – Cirebon)

10. KH. Abu Amar (Kroya)

11. KH. Suhaimi (Pesantren Tamrinus Shibyan, Benda – Bumiayu)

12. Kyai Syathibi (Kyangkong – Kutoarjo)

13. KH. Anshor (Pepedan – Bumiayu)

14. KH. Hasbullah (Wonokromo – Yogyakarta)

15. Kyai Muhyiddin (Jejeran – Yogyakarta)

16. Haji Mahfudz (Purworejo)


Untuk para Mutakharrijiin (Alumni), beliau senantiasa menjalin hubungan dan bimbingan, bahkan berupa kunjungan ke tempat masing-masing.



5. Karomah KH. M. Munawwir


KH. Abdullah Anshar (Gerjen – Sleman) mengetahui beliau wafat, maka menangislah ia serta mengatakan tak kerasan lagi hidup di dunia tanpa beliau. Setelah pulang ke rumah, KH. Abdullah langsung menyusul pulang ke Rahmatullah.


Kyai Aqil Sirodj (Kempek - Cirebon) dikala masih berusia sekitar 8 tahun belum bisa mengucap dengan jelas bunyi “R”. Namun setelah minum air bekas cucian tangan beliau, langsung dapat membaca “R” dengan jelas.


Kala mengajar, biasanya beliau sambil tiduran, bahkan kadang benar-benar tertidur. Namun bila ada santri yang keliru membaca, beliau langsung bangun dan mengingatkannya.


Saat baru berusia 10 tahun, beliau berangkat mondok kepada KH. Cholil di Bangkalan, Madura. Sampai di sana, saat akan dikumandangkan iqamat, KH. Cholil tidak berkenan menjadi imam shalat seraya berkata: “Mestinya yang berhak menjadi imam shalat adalah anak ini (yakni KH. M. Munawwir). Walaupun ia masih kecil tetapi ahli qira’at.”


Sewaktu awal di Tanah Suci, beliau mengirimkan surat kepada ayahnya, menyatakan niat untuk menghapalkan al-Quran. Namun ayah beliau belum memperkenankannya, sehingga berniat mengirimkan surat balasan. Namun, belum sempat mengirimkan surat balasan, sang Ayah sudah mendapat surat kedua dari putranya yang menyatakan bahwa ia sudah terlanjur hafal. Dihafalkannya dalam waktu 70 hari (keterangan lain menyatakan 40 hari). 


Dan masih banyak lagi karomah KH. M. Munawwir yang lainnya.



6. Maqalah KH. M. Munawwir


1) Sebuah hadits riwayat Abi Hurairah Ra. bahwa Nabi Muhammad Saw. Bersabda: “Wahai Abu Hurairah, pelajarilah al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain. Tetaplah engkau seperti itu hingga mati. Sesungguhnya jikalau kamu mati dalam keadaan seperti itu, malaikat berhaji ke kuburmu sebagaimana kaum mukminin berhaji ke Baitullah al-Haram.”


2) Sebuah sya’ir: “Semua ilmu termuat di dalam al-Quran – Hanya saja orang-orang tak mampu memahami seluruh kandungannya.”



3) “Jikalau engkau bermaksud akan sesuatu, maka bacalah surat Yasin.”


4) “Kalau mengaji al-Quran, maka kajilah sampai khatam, supaya menjadi orang mulia.”


5) “Waktu luang yang tidak digunakan untuk nderes al-Quran adalah kerugian yang besar.


6) “Setelah seseorang hafal al-Quran, maka haruslah ia Tidak suka omong kosong dan tidak menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari dunia.”


7) “Wahai putera dan menantuku yang mempunyai tanggungan al-Quran, apabila kalian belum lancar benar maka jangan sampai merangkap apapun baik berdagang ataupun lainnya.”


8) “Orang hafal al-Quran berkewajiban memeliharanya, maka dari itu jangan melakukan hal-hal -termasuk menuntut ilmu- yang tidak fardhu, sekiranya dapat menyebabkan hafalannya hilang.”


9) “Kalau kamu tidak mengaji qira’at sab’ah kepadaku, maka mengajilah kepada Arwani Amin Kudus.”


10) “Buah al-Quran adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.”


11) Beliau berkata kepada KH. Basyir: “Marilah uzlah seperti saya, guna mengajarkan al-Quran. Kalau kita memikirkan harta dunia, maka akan binasalah al-Quran nanti.”


12) Beliau berkata kepada putri beliau, Nyai Hindun: “Orang hafal al-Quran, mengamalkan isi kitab Majmu’ dan Mudzakarat, insya-Allah menjadi orang shalihah.”


13) Beliau tidak mengijinkan santri-santrinya menjadi Pegawai Negeri Pemerintah Penjajah pada waktu itu.


14) Beliau menyampaikan apa yang pernah diterima dari guru beliau, KH. Cholil Bangkalan: “Apabila hidayah tiba, permusuhan pun musnah. Jadilah engkau bagaikan Air, dibutuhkan oleh siapa dan apa saja. Jika tidak begitu, maka jadilah seperti Batu, tidak ada bahaya maupun manfaat (secara aktif –red). Janganlah engkau laksana Kalajengking, siapa melihat maka ia pun takut.”


15) “Seyogyanya engkau hadiahkan berkah surat al-Fatihah kepada segenap kaum muslimin yang masih hidup, lebih-lebih diwaktu tertimpa marabahaya atau berperangai buruk, barangkali dapat menjadi obatnya. Sebagaimana guru saya KH. Cholil pernah mengajarkan (di nomor 16).”


16) Beliau menyampaikan apa yang disampaikan guru beliau, KH. Cholil: “Teman-teman sekalian, jikalau engkau menghadiahkan berkah surat al-Fatihah jangan hanya kepada muslimin yang sudah meninggal saja, tetapi juga yang masih hidup, syukurlah jika kepadaku juga. Sebab Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda: ‘UDDA NAFSAKA MIN AHLIL QUBUUR (anggaplah dirimu termasuk ahli Qubur).”


17) “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohonlah Kesejahteraan (‘Aafiyah).”


18) “Kelak di akhir jaman, Shin akan menguasai seluruh daerah.”


19) Sebuah sya’ir: “Aku tak bisa mendapatkan kembali apa yang telah meninggalkan diriku, baik dengan LAHFA (kalau), dengan LAITA (seandainya), ataupun dengan LAU-INNI (andaikan saya).”


20) “Selama saya masih hidup, puteraku yang lelaki selalu saya suruh memakai kopyah. Sedangkan yang perempuan segera saya carikan jodoh, tak usah menunggu orang lain yang datang melamarnya.”



7. Wafat dan Penerus KH. M. Munawwir


Sebagaimana manusia pada umumnya, KH. M. Munawwir menderita sakit selama 16 hari. Pada mulanya terasa ringan, namun lama-kelamaan semakin parah. Tiga hari terakhir saat beliau sakit, beliau tidak tidur.


Selama sakit, selalu berkumandanglah bacaan surat Yasin 41 kali yang dilantunkan oleh rombongan-rombongan secara bergantian. Satu rombongan selesai membaca, maka rombongan lain menyusulnya, demikian tak ada putusnya.


Akhirnya, beliau KH. M. Munawwir wafat ba’da Jum’at tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 1942 M di kediaman beliau di komplek Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dikala beliau menghembuskan nafas terakhir, ditunggui oleh seorang putri beliau, Nyai Jamalah, yakni ketika rombongan pembaca surat Yasin belum hadir.


Shalat Jenazah dilaksanakan bergiliran lantaran banyaknya orang yang bertakziyyah. Imam shalat Jenazah kala itu adalah KH. Manshur (Popongan – Solo), KH. R. Asnawi (Bendan – Kudus), dan besan beliau KH. Ma’shum (Suditan - Lasem).


Beliau tidak dimakamkan di kompleks Pesantren Krapyak, melainkan di Pemakaman Dongkelan, yakni sekitar 2 km dari kompleks Pesantren. Dan sepanjang jalan itulah, terlihat kaum muslimin dari berbagai golongan penuh sesak mengiring dan bermaksud mengangkat jenazah beliau, sampai-sampai keranda jenazah beliau cukup ‘dioperkan’ dari tangan ke tangan yang lain, sampai di Pemakaman Dongkelan.


Jenazah KH. M. Munawwir dikebumikan di sana, dan selama lebih dari seminggu pusara beliau selalu penuh dengan penziarah dari berbagai daerah untuk membaca al-Quran.


Beliau wafat meninggalkan Pesantren yang merupakan tonggak pemisah suasana. Suasana sebelum dibangun pesantren, Krapyak dikenal sebagai tempat rawan, penuh kegelapan, abangan dan sedikit yang menjalankan ajaran Islam. Bersamaan dengan didirikannya Pesantren, banyak pula usaha busuk dari golongan-golongan Klenik yang dengki dan selalu merintangi perintisan Pesantren.


Namun upaya-upaya itu musnah, dan suasana gelap beralih menjadi ramai dan meriah dengan alunan Ayat-ayat Suci al-Quran dengan segala konsekuensinya.


Almarhum KH. M. Munawwir berwasiyat, agar keluarga melanjutkan perjuangan Pesantren, tepatnya kepada 2 orang putra dan 4 orang menantu. Akan tetapi karena beberapa udzur, perjuangan Pesantren dikawal secara langsung oleh 3 tokoh yang dikenal sebagai Tiga Serangkai yakni;


1) KH. R. Abdullah Affandi (putra beliau dari Nyai R.A. Mursyidah asal Kraton Yogyakarta). Disamping menangani pengajian al-Quran, beliau juga mengurusi hubungan Pesantren dengan dunia luar. Beliau wafat pada 1 Januari 1968.


2) KH. R. Abdul Qadir (putra beliau dari Nyai R.A. Mursyidah asal Kraton Yogyakarta). Pada tahun 1953, para santri penghafal al-Quran dikelompokkan menjadi satu dalam sebuah wadah, yakni Madrasatul Huffadz yang disponsori oleh KH. R. Abdul Qadir, dibantu KH. Mufid Mas’ud (menantu KH. M. Munawwir), Kyai Nawawi (menantu KH. M. Munawwir) dan Hasyim Yusuf dari Nganjuk. Ada 2 sistem yang ditempuh di Madrasatul Huffadz. Pertama, adalah Sistem Perseorangan, yakni Kyai menurut kepada santri untuk menghafalkan suatu ayat, surat maupun juz. Kedua, adalah Sistem Jama’ah Mudarasah, yakni seorang santri disuruh menghafal suatu ayat, surat atau juz, kemudian membacanya lantas berhenti dan dilanjutkan oleh santri yang lain, demikian sampai khatam 30 juz. Untuk mentashhih kembali hafalan santri-santri yang sudah khatam, maka diharuskan melakukan ‘Ardhah secara Musyafahah sampai tiga kali khatam. Untuk menguji kelancaran hafalan, adalah dengan dibacanya suatu ayat oleh Kyai dan santri disuruh melanjutkannya. Begitu pula ditanyakan kepada santri tentang letak ayat tersebut dalam surat apa, halaman berapa, bagian mana, lembar kiri atau kanan, ayat nomor berapa, sampai surat baru masih berapa ayat lagi. Seperti itulah seluk beluk menghafalkan al-Quran di Madrasatul Huffadz saat itu. Setelah hafal seluruh al-Quran, maka selama 41 hari dilanjutkan Mudarasah (nderes) dengan mengkhatamkan 41 kali juga. KH. R. Abdul Qadir wafat pada 2 Februari 1961.


3) KH. ‘Ali Ma’shum (menantu beliau asal Lasem, suami dari Nyai Hj. Hasyimah). Beliau sudah turut mengasuh Pesantren sejak 1943. Beliau adalah perintis dan pengasuh pengajian kitab-kitab selepas KH. M. Munawwir wafat, yakni sejak kepulangan beliau dari Tanah Suci dalam rangka menimba ilmu. Dalam penyelenggarannya, beliau menerapkan beberapa sistem, yakni Sistem Madrasi (Klasik) dan Sistem Kuliyah, yang masing-masing dilengkapi dengan Pengajian Sorogan (individual). Adapun Pengajian Sorogan ini, beliau berlakukan dengan model Semi-Otodidak, yakni dengan ditentukannya suatu kitab oleh KH. ‘Ali Ma’shum untuk dikaji seorang santri. Tiap sore hari, santri tersebut harus menghadap beliau untuk membaca kitab. Dalam hal ini, santri harus berusaha mempelajarinya sendiri, baik dalam cara membaca maupun menela’ah maknanya, baik dengan bertanya maupun berdiskusi dengan rekan dan kitab yang sudah ada maknanya. Sedangkan KH. ‘Ali Ma’shum cukup menyimak bacaan santri sambil mengajukan beberapa pertanyaan, dan membenarkan jika ada kesalahan membaca maupun memahami isinya. Dengan sistem ini, beliau maupun santri telah banyak menghemat waktu serta membuahkan hasil yang memuaskan lagi cermat. KH. ‘Ali Ma’shum wafat pada 1989.


Demikianlah estafet kepemimpinan Pesantren terus bergulir, semakin berkembang seiring bertambahnya usia, baik dalam metode maupun corak Pesantren, namun tak lepas dari sentuhan khas salafiyahnya. Dan tentunya, tetap berkonsentrasi pada misi awal yang dirintis Sang Muassis (Pendiri), yakni membumikan al-Quran, memasyarakatkan al-Quran dan meng-al-Quran-kan masyarakat.




Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 03 Februari 2013


Biografi ini disadur dari Buku yang berjudul “MANAQIBUS SYAIKH: K.H.M. MOENAUW ALMARHUM: PENDIRI PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA” yang diterbitkan oleh MAJLIS AHLEIN (Keluarga Besar Bani Munawwir) Pesantren Krapyak, keluaran tahun 1975. Jadi jika Anda ingin meng-COPYPASTE biografi beliau ini, mohon SERTAKAN PULA SUMBERNYA, yakni buku tersebut.


حفظه الله تعالى

Posting Populer

Duridwan TeA Google Arsip

Tampil Ful Skrin

Tampilan penuh layar

Klik tombol "Penuh" untuk mode ful skrin. Tutup dengan cara klik tuts "Esc" di kibot, atau dengan mengklik tombol "Normal" saja.

Penuh Normal

Materi artikel

DRLabel

'Urwah ۝۞ دعاء الأوراد ۞۝ 1drive 2019 3Dwarehouse Abaib Academia AdminisGuru Adzan AKGTK Akrab 9497 AkselelatorDRc Aksioma Alfa Aljamal Anakku Android Apache API Aplikasi Aplikasi Online Aplikasiku aqidah aqo'id Arsiper Arudl ASPnet Atribusi Attaqwa Audacity Audio Aurod AutoCAD ba'da sholat Ba'diyah Babad Bahasa Indonesia Balaghoh Baleomol Banner basund Belajar.id Biantara bilibiliTV bing.com Biografi Bisikan Bisnis Blog blogku Bluestack BMTT Bola Dunia Boxmode BUKU Caknun Canva Capcut CData Cerita Chanel Cijagong Copast Coreldraw;Koreldrow cortang CPANEL cv Daftar Isi Daftar Tamu Dailymotion Dakwah Daring db515TB Dek@t Dikdasmen Diktat Do''a Domainesia dongeng Download DRctvone DRcVivaTV DRlink drSoftaculous Duridwancijag duridwanMI E-Book Earth eDGe Edmodo Edwin ekstensi Emulated Epson eSDeKU Excel Facebook Fafa Belajar favicon FB FBwatch Fikih Film FKGN FKSS Flickr ftf ftp Gambar Gaweku GDexcel GDrive GDword Gif Giphy Github Goguru googele Gosiswawi GS v2 Gudang Gif GuMeng Guru Hotmail HP HUDHUD ATTWITERI humor iframe IHTT IIS IKBAL ikonku Ilham Ilmu Waris Imam Mahdi Iman imrithi imtihan Inlislite ips Ips siswa irkhash Ishol Israel Jackie Chan JadwalHirup Jendelatea Jurumiah Kaamengan Kaldik karuhun Kasintu Kasyif Kemdak Kenangan Kepesantrenan KHMZ Khutbah Idul Adha Khutbah Jum'at Kitab Koneng KlaudiAwan KMS Koding Komentarku konsorsium Kristen KSM KSM_24 kulsub Kumer Kutab Kuning Lalogin Laporan link lirik sunda Literasi LKSATA Logo Lokasi LTNU Malaikat Mama Gelar mapel Mapel Plus marawis materi ajar materi ips materi sunda Mediafire Menu Mulai Messenger meta Metode Belajar MGMP MTS Mi.co.id Microsoft Mikrosoft Word MKKS MKSS MKT Modul MoU Movie MTs. Mushaf Sunda Mvs Nabi nadhom nahwu Nashoih Nasihat Pernikahan Nasrudin Hoja Nasyid NewTabTvSearch Ngablog ngaDOS Ngaji Pontren Nganet Ngaos ngaweb Ngimel Ngobrol Solat ngobrolgurutea ngoding Ngoleksi Nikah Nonton Nubuwwah NUPTKku Nyekrip Nyitus OderPejKu Office office 2010 Office.co.id Offidocs ome Ome.TV omeaeun Onedrive Opis OpisTeA Oracle OSIS Outlook Pakakas Pamilarian PaperDropboxTeA PAS PAS S1 PAT pdf Penahexa Penilaian Perangkat Guru Peringatan Nabi perpus Perpusdig PHBI photo Phyton Pintarkem PKKM PKKS PKSS PohonKeluarga Ponpes Portabel Post WA PPDB PPKKS Prkt Ltk Program Files Proker Proposal Prosem Prota PTS PTS S1 publikteaqta Pupujian Quran Sunda Rapat RDM Removal renungan RidsyafTeA Risalah Risalah Sholat RKS Rohbiyah Romadlon Romadon Rumus Rumus;PHP; RumusHead s.idku Safari Santif Sanusi segitiga Sekolah seren tampi Sertifikat sholat Shopee Shorof sifat_20 Silaturahmi Simdif SIMPATIKA sinopsis siswa sitegog Skenario Belajar Sketchup SketsaupTeA Slayid SMA Soal Soanten Software SoraTeuPerluNinggal StoryTelling Suara Sukapura sumputkeun sunda syare'at Ta'lim tabir mimpi Tadabbur tadarrus TafkarMart Tahajud Tahlil Tasbeh Taskbar Tauhid Tawasul Tema Blog tenor.com Terjemah tiktok TimTeA tips n trick Trik Tsaqifah tulisan TV Nasional Twitter Usaha Vektor Video Video Player Video;Edit Video;Rara VideoPost vidio w3s WA - AYT wahyu Wali Walimahan Wallpaper wayang WeA Windows Wirid Witir word Wordpress WordTeA WorldBank WP WPS WS XLS DRcjgTeA Yahoo yandexck Yapista link YT ytDuridwanSunda YTstudio Yutub ZIP Zoom سلاح الدعوة
×
Judul