*WeDjang☕pagi*
MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUK NABI YUSYA' BIN NUN عَلَيْهِ السَّلَامُ
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Sang Penakluk Baitul Maqdis"
Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu.
Dia adalah Yusya’ Bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ, dan Alloh ﷻ memberikan hikmah kenabian dan
mukjizat yang nyata kepadanya.
Setelah Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ wafat, Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ membawa Bani Israil
ke luar dari padang pasir.
Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.
Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat.
Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat.
Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ dan Bani Israil yang bersamanya,
mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.
Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam.
mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya.
Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa.
Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam.
Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai,
sementara matahari sudah hampir terbenam.
Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.
Padahal, menurut syari’at pada saat itu, pada Sabtu dilarang melakukan peperangan.
Oleh karena itu Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ berkata:
“Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Alloh ﷻ, begitu pula aku.
Aku bersujud mengikuti perintahNya.
Ya Alloh ﷻ, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!”.
Maka Alloh ﷻ menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil
menaklukkan negeri ini dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia berkata, bahwa Rasululloh ﷺ bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena
seorang manusia kecuali untuk Yusya’.
Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad).'”
(HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhari).
Akhirnya Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ dan kaumnya berhasil memerangi dan menguasai kota tersebut.
Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun عَلَيْهِ السَّلَامُ memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan
harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak mau membakarnya.
Lalu Beliau عَلَيْهِ السَّلَامُ meminta sumpah kepada kaumnya.
Dan akhirnya diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan
menyembunyikan emas sebesar kepala sapi.
Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan apa yang mereka curi
dari harta rampasan perang itu.
Kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan perang lainnya.
Barulah kemudian api mau membakarnya.
Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad ﷺ.
Yaitu tidak boleh mengambil harta rampasan perang.
Dan Alloh ﷻ menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan bagi Rasululloh ﷺ
untuk mengambil rampasan perang agar dapat diambil manfaat yang banyak
dari harta rampasan perang itu.
Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil,
maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ عَلَيْهِ السَّلَامُ yang
memerintah mereka dengan Kitab Alloh ﷻ, Taurat, sampai akhir hayatnya.
Dia kembali ke hadirat Alloh ﷻ saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun,
dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ adalah dua puluh tujuh tahun.(AH)
Catatan :
Nabi Yusya' عَلَيْهِ السَّلَامُ., atau Joshua (dalam Bahasa Inggris), atau Yehoshu (Bahasa Ibrani),
atau Isho (Bahasa Aramaic)
Semoga bermanfaat
Silahkan share
Sumber Rujukan:
Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod
Allahumma sholli a'la rosuulika Muhammad... Allahumma Makkah Madinah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar