DAFTAR ISI PROFIL SYEKH IMAM NAWAWI AL-BANTANI
Ayah beliau, Syekh Umar al-Bantani merupakan sosok ulama yanga masih punya hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Cirebon) hingga sampai kepada Rasulullah Saw. Nasab, Syekh Nawawi al-Bantani diantaranya sebagai berikut :
- Syekh Nawawi al-Bantani
- Syekh Umar al-Bantani
- Syekh Arabi al-Bantani
- Syekh Ali al-Bantani
- Syekh Jamad al-Bantani
- Syekh Janta al-Bantani
- Syekh Masbuqil al-Bantani
- Syekh Maskun al-Bantani
- Syekh Masnun al-Bantani
- Syekh Maswi al-Bantani
- Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas)
- Sultan Maulana Hasanuddin
- Sultan Syarif Hidayatullah
- Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan
- Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan
- Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro)
- Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan
- Sayyid Abdullah Azmatkhan
- Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
- Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut)
- Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut)
- Sayyid Ali Khali' Qasam
- Sayyid Alawi ats-Tsani
- Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah
- Sayyid Alawi Awwal
- Sayyid al-Imam 'Ubaidillah
- Sayyid Ahmad al-Muhajir
- Sayyid 'Isa Naqib ar-Rumi
- Sayyid Muhammad an-Naqib
- Sayyid al-Imam Ali Uradhi
- Sayyidina Ja'far ash-Shadiq
- Sayyidina Muhammad al-Baqir
- Sayyidina Ali Zainal Abidin
- Sayyidina Husain
- Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti
- Sayyidina Muhammad Saw
Meski wafat di Jazirah Arab, namun hingga kini setiap tahunnya selalu diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi al-Bantani di tanah air, tepatnya di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, asuhan KH. Ma'ruf Amin. Haul Syekh Nawawi selalu ramai dihadiri para santri Nusantara, bahkan mancanegara
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
Di usianya yang belum genap lima belas tahun, Syekh Nawawi telah mengajar banyak orang, sampai kemudian beliau mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak. Baru setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji dan kemudian berguru kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah saat itu.
- Syekh Umar bin Arabi al-Bantani (Ayahnya)
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
- KH. Sahal al-Bantani
- Syekh Baing Yusuf Purwakarta
- Syekh Ahmad Khatib asy-Syambasi
- Syekh Ahmad Zaini Dahlan
- Syekh Abdul Ghani al-Bimawi
- Syekh Yusuf Sumbulaweni
- Syekh Abdul Hamid Daghestani
- Syekh Sayyid Ahmad Nahrawi
- Syekh Ahmad Dimyati
- Syekh Muhammad Khatib Duma al-Hambali
- Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki
- Syekh Junaid al-Batawi
- Syekh Zainuddin Aceh
- Syekh Syihabuddin
- Syekh Yusuf bin MuhammadArsyad al-Banjari
- Syekh Abdush Shamad bin Abdurahman al-Palimbani
- Syekh Mahmud Kinan al-Palimbani
- Syekh Aqib bin Hasanuddin al-Palimbani
3. Penerus Beliau
- Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi
- Syekh Kholil al-Bangkalani, Madura
- Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri
- Syekh Tubagus Muhammad Asnawi al-Bantani, Caringin, Labuan, Pandeglang
- Syekh Arsyad Thawil al-Bantani - Pejuang Geger Cilegon 1888 dan Penyebar Islam di Sulawesi Utara
- Syekh Abu al-Faidh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab ad-Dahlawi, Delhi, India - Pengajar di Masjidil Haram
- Sayyid Ali bin Ali al-Habsy- Pengajar di Masjidil Haram
- Syekh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
- Syekh Abdul Qadir bin Mustafa al-Fathani, Pattani, Thailand
- Syekh Abdul Haq bin Abdul Hannan al-Bantani - Cucu Syekh Nawawi
- KH. Saleh Darat as-Samarani
- KH. Hasyim Asyari, Jombang - Pendiri Nahdlatul Ulama
- KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta - Pendiri Muhammadiyah
- KH. Hasan Genggong - Pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong
- KH. Mas Abdurahman - Pendiri Mathla'ul Anwar
- KH. Raden Asnawi, Kudus
- H. Abdul Karim Amrullah, Sumatera Barat
- KH. Thahir Jamaluddin, Singapura
- KH. Dawud, Perak, Malaysia
- KH. Hasan Asyari, Bawean
- KH. Najihun, Mauk, Tangerang
- KH. Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang
- KH. Ilyas, Kragilan, Serang
- KH. Wasyid - Pejuang Geger Cilegon 1888
- KH. Tubagus Ismail - Pejuang Geger Cilegon 1888
- KH. Arsyad Qashir al-Bantani - Pejuang Geger Cilegon 1888
- KH. Abdurrahman - Pejuang Geger Cilegon 1888
- KH. Haris - Pejuang Geger Cilegon 1888
- KH. Aqib - Pejuang Geger Cilegon 1888
4. Karier
Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, Syekh Nawawi kemudian berdakwah keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah sampai pemerintah Belanda membatasi geraknya, seperti dilarang berkhutbah di masjid-masjid.
Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan Belanda (1825 - 1830 Masehi), hingga akhirnya beliau kembali ke Mekkah setelah ada tekanan pengusiran dari Belanda, tepat ketika puncak terjadinya Perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Begitu sampai di Mekkah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya.
Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali, Mekkah. Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tetapi semakin lama jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi al-Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf.
Nama Syekh Nawawi al-Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Tidak hanya di kota Mekkah dan Madinah saja dia dikenal, bahkan di negeri Suriah, Mesir, Turki, hingga Hindustan namanya begitu masyhur.
Syekh Nawawi memegang peran sentral di tengah ulama al-Jawwi. Dia menginspirasi komunitas al-Jawwi untuk lebih terlibat dalam studi Islam secara serius, tetapi juga berperan dalam mendidik sejumlah ulama pesantren terkemuka.
Bagi Syekh Nawawi, masyarakat Islam di Indonesia harus dibebaskan dari belenggu Kolonialisme. Dengan mencapai kemerdekaan, ajaran-ajaran Islam akan dengan mudah dilaksanakan di Nusantara. Pemikiran ini mendorong Syekh Nawawi untuk selalu mengikuti perkembangan dan perjuangan di tanah air dari para murid yang berasal dari Indonesia serta menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia.
Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti Kolonialisme dan Imperialisme dengan cara yang halus. Mencetak kader patriotik yang di kemudian hari mampu menegakkan kebenaran. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme.
Di samping itu, upaya pembinaan yang dilakukan Syekh Nawawi terhadap komunitas al-Jawwi di Mekkah juga menjadi perhatian serius dari pemerintahan Belanda di Indonesia. Produktivitas komunitas al-Jawwi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Belanda.
Pendapat ini dilandasi temuan Syekh Nawawi tentang ketentuan hukumnya dalam ajaran Islam. Syekh Nawawi bahkan menganjurkan umat Islam untuk menghormati makam-makam orang yang berjasa dalam sejarah Islam, termasuk makam Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
Menurut Syekh Nawawi, Mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW adalah praktik ibadah yang identik dengan bertemu muka (tawajjuh) dengan Nabi Saw dan mengingatkan kebesaran perjuangan dan prestasi yang patut untuk diteladani.
Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi di antaranya adalah sebagai berikut:
- al-Tsamar al-Yani'ah syarah al-Riyadl al-Badi'ah
- al-'Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubîn
- Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh
- Baĥjah al-Wasâil syarah al-Risâlah al-Jâmi’ah bayn al-Usûl wa al-Fiqh wa al-Tasawwuf
- al-Tausyîh/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
- Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn
- Marâqi al-‘Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah
- Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Mi’âd
- Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄
- Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân
- al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd
- Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
- Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-Kawâkib al-Jaliyyah
- Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah al-‘Awwâm
- Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts
- Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji
- Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî
- Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm
- Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd
- Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
- Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
- Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq
- Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ
- al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
- ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
- Qathr al-Ghais syarah Masâil Abî al-Laits
- Naqâwah al-‘Aqîdah Mandhûmah fi Tauhîd
- al-Naĥjah al-Jayyidah syarah Naqâwah al-‘Aqîdah
- Sulûk al-Jâdah syarah Lam’ah al-Mafâdah fi bayân al-Jumu’ah wa almu’âdah
- Hilyah al-Shibyân syarah Fath al-Rahman
- al-Fushûsh al-Yâqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Baĥîyyah fi Abwâb al-Tashrîfiyyah
- al-Riyâdl al-Fauliyyah
- Mishbâh al-Dhalâm’ala Minĥaj al-Atamma fi Tabwîb al-Hukm
- Dzariyy’ah al-Yaqîn ‘ala Umm al-Barâĥîn fi al-Tauhîd
- al-Ibrîz al-Dâniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al-Adnâny
- Baghyah al-‘Awwâm fi Syarah Maulid Sayyid al-Anâm
- al-Durrur al-Baĥiyyah fi syarah al-Khashâish al-Nabawiyyah
- Lubâb al-bayyân fi ‘Ilmi Bayyân.
Selain itu, karya tafsirnya, al-Munir, sangat monumental, bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari Tafsir al-Jalalain, karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli yang sangat terkenal. Sementara Kasyifatus saja merupakan syarah atau komentar terhadap kitab fiqih Safinatun Najah, karya Syekh Salim bin Sumeir al-Hadhramy.
Karya-karya beliau di bidang Ilmu Akidah misalnya adalah Tijan ad-Darary, Nur al-Dhalam, Fath al-Majid. Sementara dalam bidang Ilmu Hadits misalnya Tanqih al-Qaul. Karya-karya dia di bidang Ilmu Fiqih yakni Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, Kasyifah al-Saja, dan yang sangat terkenal di kalangan para santri pesantren di Jawa yaitu Syarah ’Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain. Adapun Qami'u al-Thugyan, Nashaih al-'Ibad dan Minhaj al-Raghibi merupakan karya tasawwuf.
Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yang ia tumpangi, sementara ide untuk menulis kitab tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada Allah agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Maraqi al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah itu harus dibayarnya dengan cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.
Dengan begitu, saat Syekh Nawawi yang dianggapnya hanya seorang anak remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat, Sayyid Utsman sangat terkejut. Diskusipun terjadi antara keduanya, Sayyid Utsmân tetap berpendirian bahwa kiblat Mesjid Pekojan tersebut sudah benar, sementara Syekh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat haruslah dibetulkan. Saat kesepakatan tidak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syekh Nawawi remaja menarik lengan baju Sayyid Utsmân dan dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat, kemudian berkata:
Sayyid Utsman termangu. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syekh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa takjub dan menyadari bahwa remaja yang bertubuh kecil di hadapannya itu telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah.
Dengan karamah itu, dimanapun dia berada Ka'bah akan tetap terlihat. Dengan penuh hormat Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil Syekh Nawawi. Sampai saat ini di Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser dan tidak sesuai aslinya.
Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya, yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet dan tidak ada tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.
Kejadian tersebut mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Atas kejadian seperti itu, akhirnya, pemerintah melarangan untuk membongkar makam Syekh Nawawi. Jasadnya lalu dikuburkan kembali seperti sediakala, dan hingga sekarang makam Syekh Nawawi tetap berada di Ma'la, Mekah.
- al-Sayyid al-'Ulama al-Hijaz (tokoh ulama Hijaz) atau Sayyidul Hijaz (penjaga Hijaz)
- Nawawi at-Tsani (Nawawi kedua). Orang pertama yang memberi gelar ini pada Syekh Nawawi adalah Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani
- al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq (tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam)
- A'yan 'Ulama al-Qarn ar-Ram 'Asyar Li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14 Hijriyah)
- Imam 'Ulama Al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci)
- Doktor Ketuhanan (orang pertama yang memberikan gelar ini pada Syekh Nawawi adalah Christiaan Snouck Hurgronje)
- asy-Syaikh al-Fakih (disematkan oleh kalangan pesantren)
- Bapak Kitab Kuning Indonesia (disematkan oleh para Ulama Indonesia).
7. CHART SILSILAH
7.1 CHART SILSILAH SANAD
Berikut ini chart silsilah sanad guru Syekh Imam Nawawi al-Bantanidapat dilihat DI SINI, dan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.
Sumber kopas: Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani | Profil Ulama › LADUNI.ID - Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar